Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Keberhasilan Kultur Jaringan
Kultur
jaringan dalam pelaksaannya tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat keberhasilannya.Faktor-faktor tersebut berperan penting dalam mendukung
pertumbuhan dan perkembangan eksplan.Faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan teknik kultur in vitro, antara lain: sumber bahan tanam yang
digunakan sebagai eksplan, genotip tanaman, lingkungan tumbuh eksplan, unsur-unsur
hara yang diperlukan bagi pertumbuhan eksplan, dan pelaksanaan kerja (Sofia,
2007).
1. Genotip
Tanaman
Salah
satu faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan morfogenesis eksplan dalam
kultur in-vitro adalah genotip tanaman asal eksplan diisolasi. Pengaruh genotip
ini umumnya berhubungan erat dengan faktor-faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan
eksplan, seperti kebutuhan nutrisi, zat pengatur tumbuh, lingkungan kultur,
dll. Oleh karena itu, komposisi media, zat pengatur tumbuh dan lingkungan
pertumbuhan yang dibutuhkan oleh masing-masing varietas tanaman bervariasi meskipun
teknik kultur jaringan yang digunakan sama. Perbedaan respon genotip tanaman
tersebut dapat diamati pada perbedaan eksplan masing- masing varietas untuk
tumbuh dan beregenerasi.
2. Media
Kultur
Perbedaan
komposisi media, komposisi zat pengatur tumbuh dan jenis media yang digunakan
akan
sangat mempengaruhi pertumbuhan dan regenerasi eksplan yang dikulturkan.
a.
Komposisi Media
Perbedaan komposisi media, seperti
jenis dan komposisi garam-garam anorganik, senyawa organik, zat pengatur tumbuh
sangat mempengaruhi respon eksplan saat dikulturkan.Perbedaan komposisi media
biasanya sangat mempengaruhi arah pertumbuhan dan regenerasi eksplan.
Media-media tersebut dapat digunakan untuk berbagai tujuan seperti perkecambahan
biji, kultur pucuk, kultur kalus, regenerasi kalus melalui organogenesis dan embriogenesis.
b.
Komposisi Hormon Pertumbuhan
Komposisi dan konsentrasi hormon pertumbuhan
yang ditambahkan dalam media sangat mempengaruhi arah pertumbuhan dan regenerasi
eksplan yang dikulturkan.Hormon pertumbuhan yang digunakan untuk perbanyakan secara
in-vitro adalah golonga auksin, sitokinin, giberelin, dan growth retardan.
c.
Keadaan Fisik Media
Media yang umum digunakan dalam kultu jaringan
adalah medium padat, medium semi padat dan medium cair. Keadaan fisik media
akan mempengaruhi pertumbuhan kultur, kecepatan pertumbuhan dan
diferensiasinya. Keadaan fisik media ini mempengaruhi pertumbuhan antara lain karena
efeknya terhadap osmolaritas larutan dalam media serta ketersediaan oksigen
bagi pertumbuhan eksplan yang dikulturkan.
3. Lingkungan
Tumbuh
a.
Suhu
Tanaman umumnya
tumbuh pada lingkungan dengan suhu yang tidak sama setiap saat, misalnya pada
siang dan malam hari tanaman mengalami kondisi dengan perbedaan suhu yang cukup
besar. Umumnya
temperatur yang digunakan dalam kultur in vitro lebih tinggi dari kondisi suhu
in vivo. Tujuannya adalah untuk mempercepat pertumbuhan dan morfogenesis
eksplan.
Pada sebagian besar
laboratorium, suhu yang digunakan adalah konstan, yaitu 25C (kisaran suhu 17 -
32C).Tanaman tropis umumnya dikulturkan pada suhu yang sedikit lebih tinggi dari
tanaman empat musim, yaitu 27C (kisaran suhu 24 - 32C). Bila suhu siang dan
malam diatur berbeda, maka perbedaannya umumnya adalah 4 - 8C, variasi yang
biasa dilakukan adalah 25C siang dan 20C malam, atau 28C siang dan 24C malam.
Pada suhu ruang kultur dibawah optimum, pertumbuhan eksplan lebih lambat, namun
pada suhu diatas optimum pertumbuhan tanaman juga terhambat akibat tingginya
laju respirasi eksplan.
b.
Kelembaban Relatif
Kelembaban relatif dalam botol kultur
dengan mulut botol yang ditutup umumnya cukup tinggi, yaitu berkisar antara 80
- 99%. Jika mulut botol ditutup agak longgar maka kelembaban relatif dalam
botol kultur dapat lebih rendah dari 80%. Sedangkan kelembaban relatif di ruang
kultur umumnya adalah sekitar 70%. Jika kelembaban relatif ruang kultur berada
dibawah 70% maka akan mengakibatkan media dalam botol kultur (yang tidak
tertutup rapat) akan cepat menguap dan kering sehingga eksplan dan plantlet
yang dikulturkan akan cepat kehabisan media. Namun kelembaban udara dalam botol
kultur yang terlalu tinggi menyebabkan tanaman tumbuh abnormal yaitu daun
lemah, mudah patah, tanaman kecil- kecil namun terlampau sukulen. Kondisi
tanaman demikian disebut "vitrifikasi" atau "hiperhidrocity".
c.
Cahaya
Seperti halnya
pertumbuhan tanaman dalam kondisi in-vivo, kuantitas dan kualitas cahaya, yaitu
intensitas, lama penyinaran dan panjang gelombang cahaya mempengaruhi
pertumbuhan eksplan dalam kultur in-vitro. Pertumbuhan organ atau jaringan
tanaman dalam kultur in-vitro umumnya tidak dihambat oleh cahaya, namun pertumbuhan
kalus umumnya dihambat oleh cahaya.
Tunas-tunas umumnya
dirangsang pertumbuhannya dengan penyinaran, kecuali pada teknik perbanyakan
yang diawali dengan pertumbuhan kalus. Sumber cahaya pada ruang kultur ini
umumnya adalah lampu flourescent (TL). Intensitas cahaya dalam ruang kultur
untuk pertumbuhan tunas umumnya berkisar antara 600 - 1000 lux . Perkecambahan
dan inisiasi akar umumnya dilakukan pada intensitas cahaya lebih rendah.
Selain intensitas
cahaya, lama penyinaran atau photoperiodisitas juga mempengaruhi pertumbuhan
eksplan yang dikulturkan. Lama penyinaran umumnya diatur sesuai dengan kebutuhan
tanaman sesuai dengan kondisi alamiahnya. Periode terang dan gelap umumnya diatur
pada kisaran 8 - 16 jam terang dan 16 – 8 jam gelap tergantung varietas tanaman
dan eksplan yang dikulturkan.
4.
Kondisi Eksplan
Kondisi
eksplan yang mempengaruhi keberhasilan kultur adalah jenis eksplan, ukuran, umur
dan fase fisiologis jaringan yang digunakan sebagai eksplan. Jenis eksplan yang
digunakan untuk masing-masing kultur berbeda-beda tergantung tujuan pengkulturannya.
Umur
eksplan sangat berpengaruh terhadap kemampuan eksplan tersebut untuk tumbuh dan
beregenerasi.Umumnya eksplan yang berasal dari jaringan tanaman yang masih muda
(juvenil) lebih mudah tumbuh dan beregenerasi dibandingkan dengan jaringan yang
telah terdiferensiasi lanjut. Inisiasi kultur biasanya dilakukan dengan
menggunakan pucuk-pucuk muda, kuncup- kuncup muda, hipokotil, inflorescence
yang belum dewasa, dll. Jika eksplan diambil dari tanaman dewasa,
rejuvenilisasi tanaman induk melalui pemangkasan atau pemupukan dapat membantu untuk
memperoleh eksplan muda agar kultur lebih berhasil.
Ukuran
eksplan juga mempengaruhi keberhasilan kultur. Eksplan dengan ukuran kecil lebih
mudah disterilisasi dan tidak membutuhkan ruang serta media yang banyak, namun kemampuannya
untuk beregenerasi juga lebih kecil sehingga dibutuhkan media yang lebih
kompleks untuk pertumbuhan dan regenerasinya. Sebaliknya semakin besar eksplan,
maka semakin besar kemungkinannya untuk membawa penyakit dan makin sulit untuk
disterilkan, membutuhkan ruang dan media kultur yang lebih banyak.
Sumber:
Komentar
Posting Komentar