Partenokarpi
pertama kali dikenalkan oleh Noll pada tahun 1902 untuk menunjukkan peristiwa
buah tanpa penyerbukan atau rangsangan. Menurut Winkler (1908) partenokarpi
merupakan pembentukkan buah tanpa biji yang hampa.
Menurut
ensiklopedia bebas, dalam botani, partenokarpi (harafiah berarti “buah perawan”)
adalah gejala terbentuknya buah tanpa menempuh bagian pembuahan inti generatif terhadap
sel telur. Gejala ini merupakan salah satu tapi bukan satu-satunya pemicu
pembentukan buah. Partenokarpi dapat diteliti pada pisang, ketimun, terong,
nanas, pir, sukun, jambu dan tumbuhan lainnya.
Buah
partenokarpi pada umumnya tidak berbiji, namun tidak semua buah tanpa biji
adalah partenokarpi karena kebanyakan tumbuhan berkembang diawali dengan
pembuahan. Buah partenokarpi dapat dihasilkan secara buatan dengan bantuan ZPT
yang mengandung auksin atau giberelin.
Perkembangan
partenokarpi sendiri kurang menguntungkan bagi program produksi benih, namun
sangat bermanfaat bagi peningkatan kualitas dan produktivitas buah khususnya
tanaman hortikultura.
Partenokarpi
dapat terjadi secara alami (genetik) dan secara buatan (induksi). Partenokarpi alami
dibagi dua tipe yaitu obligator terjadi tanpa adanya faktor/pengaruh luar dan fakultatif terjadi
karena adanya factor /pengaruh dari luar, contohnya suhu terlalu tinggi atau
rendah. Sedangkan partenokarpi buatan terjadi karena induksi melalui aplikasi
ZPT (fitohormon) pada kuncup bunga (Schawabe dan Mills, 1981). Tsao (1980) dan
Shozo danKeita (1997) menambahkan partenokarpi buatan dapat melalui polinasi
dengan polen inkompatibel atau dapat diserbuki dengan polen yang telah di radiasi
X.
Partenokarpi
alami terjadi pada beberapai jenis tanaman saja (terbatas), contohnya pisang
(triploid), tomat dan manggis. Tanaman pisang kebanyakan triploid, tanaman ini
memiliki mekanisme penghambat perkembangan biji atau embrio sejak awal. Pisang termasuk
ke dalam partenokarpi obligator. Contoh partenokarpi fakultatif adalah tanaman
tomat yang terbentuk pada suhu dingin atau suhu panas.
Partenokarpi
buatan dapat dibantu dengan pemberian zat pengatur tumbuh. Menurut Gustafson
(1942), bahwa auksin dapat menggantikan polinasi dan fertilisasi pada proses pembentukan dan perkembangan buah
pada beberapa spesies. Partenokarpi juga dapat diinduksi melalui manipulasi ploidy
(kromosom) pada tanaman. Manipulasi ploidy dapat dilakukan dengan persilangan
misalnya antara tanaman semangka dikotil (sebagai jantan) dengan tanaman
tetraploid (sebagai betina) yang akan menghasilkan hybrid F1 triploid. Metode lain
yang dapat dilakukan adalah metode DNA Rekombinan (Rekayasa Genetik).
Sumber:
Agung Adnyesuari, Anak, Hari
Murti, Rudi, dan Mitrowihardjo, Suyadi. 2015. Induksi Partenokarpi Pada Tiga
Genotipe Tomat Dengan GA3. Ilmu Pertanian Vol.18 No.1, 2015 : 56-62
Jumali Pardal, Saptowo.
2001. Pembentukan Buah Partenokarpi melalui Rekayasa Genetika. Buletin AgroBio
4(2):45-49
Sukamto, LAgus. 2011. PARTENOKARPI:
BUAH TANPABIJI - APA, MENGAPADAN BAGAIMANA. Berita Biologi 10(4)
Komentar
Posting Komentar